"Gajah gajah putih merupakan ikon atau lambang kebudayaan negara Siam atau Thailand. Selain Siam, Aceh merupakan negeri yang mengagungkan gajah putih.
Salah seorang pemimpin negara Kesultanan Aceh Darussalam, yakni, Baginda Sultan Iskandar Muda, diyakini sebagai seorang kepala negara yang dapat menaklukkan gajah untuk armada perangnya. Para sejarawan menyebutkan, hal tersebut dapat Baginda lakukan karena sejak kecil dia sudah bersahabat dengan gajah.
Di masa lalu, menggunakan gajah sebagai alat perang telah dilakukan di berbagai belahan bumi di semua zaman. Namun, di seputaran Asia Tenggara, hanya Baginda Sultan Iskandar Muda yang diketahui mahir menundukkan gajah dalam jumlah besar untuk keperluan berperang.
Gajah merupakan binatang purba yang ada di seluruh muka bumi, walaupun di milenium ini, hanya beberapa bagian bumi masih dihuni oleh binatang berbelalai dan bertaring besar dan panjang tersebut.
Di antara semua gajah di dunia, gajah Aceh atau gajah Sumatra termasuk yang berbulu lebih gelap. Sementara di Thailand dan sekitarnya, ada jenis gajah berberbulu warna putih. Sebenarnya, warna gajah yang disebut gajah putih bukanlah putih, tetapi gajah itu berwarna seperti albino, merah muda. Kalau dalam bahasa Aceh disebut berwarna jagad. Misalnya, keubeuë jagad (kerbau merah muda) itu ada di Aceh, tetapi gajah putih?
Laman Wikipedia.org menyebutkan, Gajah putih (atau gajah albino) adalah sejenis gajah langka, walaupun bukan spesies yang berbeda. Meskipun sering digambarkan sebagai berwana seputih salju, kulit mereka sebenarnya biasanya berwarna coklat lembut kemerahan yang berubah merah muda saat basah. Mereka memiliki bulu mata dan kuku yang lentik.
Gajah putih hanya putih secara penamaan, dan tidak berwarna putih. Dari yang saat ini disimpan oleh penguasa Myanmar (bangsa Burma), yaitu Jenderal Than Shwe yang menganggap dirinya sebagai pewaris sah dari tahta raja-raja Burma, terdapat satu gajah yang keabu-abuan dan tiga lainnya yang berwarna merah muda, tetapi secara resmi disebut “putih”. Raja Thailand juga menyimpan sejumlah gajah putih. Saat ini tidak ada gajah putih di Laos, atau di Kamboja, tetapi mantan Wakil Presiden AS Spiro Agnew pernah menghadiahkan seekor gajah putih kepada Raja Norodom Sihanouk dari Kamboja.
Jika demikian adanya, darimanakah gajah putih milik Baginda Sultan Iskandar Muda? Untuk mengetahuinya, tinjauan sejarah bidang itu perlu menyertakan kajian dari sudut pandang sosiologi, antropologi, geografi, topografi, dan habitat flora fauna di daratan Sumatra, sebagai tempat Baginda sultan besar itu berasal dan ibukota negara yang dipimpinnya.
Belum ditemukan bukti bahwa gajah putih Baginda Sultan Iskandar Muda merupakan binatang endemik Sumatra. Sementara Thailand dan tetangganya masih memilikinya sampai sekarang.
Mari kita lihat hubungan Kesultanan Aceh Darussalam dengan negara Melayu di Semenanjung Asia Tenggara. Selain dengan negara di Eropa, seputaran timur tengah dan lainnya, Aceh Darussalam menjalin hubungan pula dengan negara di Semenanjung Asia Tenggara bagian barat–negara terdekat dengan ibukotanya Bandar Aceh Darussalam–seperti Negeri Siam (Thailand), Burma, Arakan, Perak, Pahang, Patani, Ayutthaya.
Disebutkan bahwa pada abad ke XVI Masehi, Aceh telah memiliki hubungan dengan Siam. Itu merupakan sebuah hubungan yang erat sehingga adanya pertukaran budaya dalam bidang seni–diperkirakan termasuk seni ukir.
Berdasarnya keadaan tersebut, adalah sebuah penghormatan ketika Raja Siam menghadiahi seekor binatang kebanggaan dan lambang negaranya kepada seorang sang sahabat, seorang sultan besar pengendali gajah dan penakluk beberapa negeri. Adalah hal yang wajar apabila Baginda Sultan Iskandar Muda mendapatkan hadiah seekor gajah putih dari raja Siam.
Selain masih adanya gajah putih di Siam dan tidak adanya gajah putih di Aceh, pembunuhan gajah tidak pernah terjadi di Siam, tetapi di Aceh, itu terjadi, masih terjadi sampai sekarang. Dengan begitu, secara kebudayaan, gajah lebih dekat dengan masyakat Siam.
Sementara di Aceh, Baginda Sultan Iskandar Muda yang menghormatinya. Itu agak ironis d
"Sementara di Aceh, Baginda Sultan Iskandar Muda yang menghormatinya. Itu agak ironis disebabkan rakyat Aceh mengagungkan Sultan Iskandar Muda, tetapi tidak melindungi binatang kesayangannya.
Mengherankan memang, mengapa para aktivis lingkungan hidup tidak menggunakan nama besar Baginda Sultan Iskandar Muda sebagai ikon untuk mengimbau rakyat Aceh supaya gajah. Itu menandakan, mereka belum menggunakan pendekatan budaya dalam menjalankan misinya.
(Penulis : Usman Cut Raja
Thursday, August 22, 2024
0pini: Mengenal Gajah Putih
Redaksi
August 22, 2024
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Tulis comments