-->

Wednesday, September 25, 2024

Mengenang Pabrik Gula Cot Girek

 




Pabrik gula Cot Girek


Laporan: Usman Cut Raja

Aceh Utara I Gebrak24.com - Aceh pernah memiliki pabrik gula dan perkebunan tebu yang sanga luas di Cot Girek, Aceh Utara. Pabrik yang dibangun pada masa kolonial Belanda sempat dioperasikan pasca kemerdekaan. Tapi kini, pabrik gula Cot Girek hanya tinggal riwayat.

Pabrik gula Cot Girek merupakan sebuah perusahaan peninggalan Belanda. Consesmionnaris pertamanya bernama Schwaamhuyzer. Ia diangkat dengan Surat Keputusan Gueverneur van Atjeh en Onderherigheden tanggal 30 Desember 1919.

Kemudian hak konsensi pabrik gula Cot Girek pindah ke NV Cultuur My Lhoksukon. Perpindahan ini dilakukan melalui surat keputusan Gueverneur van Atjeh en Onderherigheden tanggal 22 Februari 1930 dan tanggal 14 Desember 1932.

Pada masa itu, untuk menopang produksi gula di pabrik ini, dibuka lahan untuk perkebunan tebu di kawasan Cot Girek seluar 7.890,7 hektar. Dari luas lahan itu 2.000 hektar merupakan tanah datar dan 5.890 hektar tanah perbukitan.

Setelah Indonesia merdeka, pemerintah melakukan nasionalisasi perusahaan asing. Nasionalisasi ini dilakukan atas usulan Ketua Komisi Perdagangan dan Industri, MR Teuku Muhammad Hasan. Pabrik Gula Cot Girek termasuk Perusahaan yang akan dinasionalisasi.

Pada tanggal 30 November 1963 diputuskan untuk membangun kembali pabrik gula Cot Girek. Pabrik dengan kapasitas giling maksimal 2.500 ton tebu perhari dengan luas tanam tebu gilingan 4.000 hektar

Pada tanggal 30 November 1962 ditandatangani kontrak pembelian pabrik gula Cot Girek antara pemerintah Indonesia dengan CEKOP Polandia. Pada akhir tahun 1964 mesin-mesin dan equipment pertama dari Polandia mulai didatangkan ke Cot Girek.

Setelah 3 tahun dibangun, pabrik gula Cot Girek diresmikan pada 19 September 1970. Konflik yang kemudian kembali melanda Aceh membuat pabrik gula Cot Girek berhenti beroperasi. Kisah tentang pabrik gula kini tinggal sejarah. Warga Cot Girek pasti sangat paham tetang sejarah ini. Aceh Utara Dan Lhokseumawe memang pusat industri Aceh.

Dalam perut bumi daerah ini terdapat kandungan gas alam terbesar di Indonesia. Sejak Mobil Oil Indonesia (MOI) Inc, sebuah perusahaan Amerika, menemukan sumur-sumur gas di Aceh Utara pada 1970-an, daerah ini dengan cepat melihat pertumbuhan industri hasil alam.

Di bagian barat Lhokseumawe, terdapat kilang penyulingan gas alam cair PT Arun LNG, pabrik pupuk PT Pupuk Iskandar Muda, pabrik pupuk PT Asean Aceh Fertilizer, dan pabrik kertas PT Kertas Kraft Aceh dan Olympic Grup

Ironisnya, Aceh Utara dan Lhokseumawe bukannya menjadi makmur tapi banyak yang miskin, termasuk di pinggiran pabrik-pabrik tersebut. Mengapa bisa terjadi demikian

Show comments
Hide comments
No comments:
Tulis comments

banner

Latest News

Back to Top