Gebrak24.com - Bapak, sosok sederhana menjalani peran dalam setiap episode hidup yang diwarnai kegetiran, melewati masa kanak-kanak yang sulit akibat perceraian orang tua, himpitan kemiskinan memaksanya bekerja diusia sekolah agar dapat mengecap pendidikan. berbagai pengalaman hidup yang rumit mengasah mentalnya berperang menghalau berbagai rintangan untuk meraih cita-cita.
Bapak, dikenal bukan karena jabatan ataupun kekayaan. melainkan konsep inovatif yang disodorkan dalam setiap tulisannya, meski ditanggapi sinis oleh pihak yang berpikiran sempit, monoton dan enggan mengikuti arus perkembangan zaman, dimata mereka bapak hanyalah pembual.
Namun, Bapak tak peduli, bahkan menciptakan sejarah dengan ikut serta dengan segenap tokoh masyarakat difasilitasi oleh pemerintah provinsi berdelegasi ke pusat memperjuangkan hak masyarakat yang tak ingin tanah leluhurnya dijual pihak likuidator untuk invertor asing. Laporan bapak dalam setiap beritanya semakin menyudutkan mereka, yang memaksa mereka menempuh jalur hukum menuntut kerugian yang ditimbulkan akibatnya.
Bapak adalah sosok terhebat dengan pandangan cerdas dalam setiap gagasan yang dipaparnya. banyak yang memuji walau tak sedikit yang ingin menyingkirkannya. betapa aku mengaguminya, tatkala dalam suatu forum bapak dipercayai memimpin sebuah pertemuan silaturahmi antara perwakilan sebuah perusahaan vital dengan sejumlah pers dari berbagai media cetak dan TV.
Aku bangga padanya, meski usia lanjut tidak membuat semangatnya kendor, dimataku, Bapak adalah sosok pahlawan di dunia profesinya, puluhan tahun mengabdikan diri sebagai jurnalis tanpa pernah mendapatkan penghargaan. inginnya aku memberikannya Award untuk sebuah pengabdian.
Di sisa usianya, Bapak mengajari aku makna sebuah penghargaan, hal terbesar yang baru kusadari sewaktu dia terbaring tak berdaya di rumah sakit. Beban pikiran telah menyerang saraf otak kanannya yang menyebabkan organ tubuh sebelah kirinya tak mampu melaksanakan fungsinya. kejadian tersebut telah menyadarkan dan membuka mata hatiku tentang Bapak, seseorang yang pernah membuatku jengkel dan berkecil hati di masa remajaku karena profesinya, dulunya aku kurang respek dengan profesi bapak yang kunilai menyudutkan aku, baik di lingkungan tempat tinggalku maupun di sekolah.
Aku begitu terpojok dengan julukan anak wartawan, aku merasa diolok-olok. Bahkan aku berjuang keras memperoleh nilai tertinggi di sekolah agar aku dapat dikirim sekolah di luar daerah, dimana orang-orang tidak mengenali bapakku, dan aku terbebas dari julukan tersebut.
Malah aku pernah mengumpet bersembunyi di sela-sela pohon saat ku lihat dari kejauhan sosok bapak dengan surat kabar dalam dekapannya melintas lewat dijalan yang kulalui setiap waktu pulang dari sekolah. aku malu jika teman sekolahku melihatnya. Aku sering mengeluh mengapa bapak harus menjadi wartawan, kenapa bukan petani, nelayan atau pejabat yang tidak perlu mendekap surat kabar sepanjang hidupnya?.
Aku juga dipengaruhi bayangan buruk dimana kecilku, saat beberapa laki-laki berbadan kekar mengedor-gedor rumah kami mencari bapak, belakangan ku tau mereka adalah orang bayaran pihak- pihak tertentu yang ditugaskan melenyapkan bapak karena telah merugikan mereka. Aku semakin benci profesi bapak. tak pernah dihargai, malah kerap dianggap makhluk ganas pemangsa kantong mafia terhormat pelaku korupsi uang negara untuk kepentingan pribadi.
Kini, berbagai anggapan miring yang pernah tersimpan dalam memoriku tentang profesi bapak hilang dihapus oleh fakta yang kutemukan di sebuah ruangan kamar rumah sakit tempat dimana bapak dirawat. Disana aku melihat bapak menjadi seorang raja yang begitu dihargai, justru pada saat dia tidak berdaya, aku tersentuh. baru pertama kali dalam hidup aku melihat bapak menjadi orang penting, ternyata selama ini aku sama sekali tidak mengenal siapa bapakku.
Selama beberapa hari bapak dirawat di rumah sakit, tampak sejumlah rekan seprofesinya dari berbagai media bergantian datang menjenguk, ininlinknya, https://independent.academia.edu/UsmanCutRaja
No comments:
Tulis comments