Cakra Donya adalah lonceng raksasa koleksi Museum Aceh. Lonceng besi berbentuk stupa ini buatan China pada tahun 1409 M Terbesar dan tertua di Indonesia. Arkeologis dan sejarah menjadikan lonceng tersebut sebagai bukti perjalanan sejarah dan peradaban Aceh di masa lampau.
Museum mempunyai peranan penting sebagai sarana tempat tersedianya warisan budaya bangsa, pusat penelitian dan pengkajian nilai-nilai yang terkandung dalam benda cagar budaya sebagai warisan budaya dalam rangka pelestarian warisan.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh menyebutkan, pelestarian yang dilaksanakan oleh museum Aceh terhadap koleksi museum Aceh merupakan upaya untuk tetap menjaga nilai-nilai kandungan berupa ilmu sejarah dan budaya maupun kondisi fisiknya sehingga nilai-nilai tersebut dapat dipertahankan dan bermanfaat bagi kepentingan pendidikan, penelitian, kajian ilmiah dan bukti arkeologis bagi generasi sekarang dan masa yang akan datang.
Pelestarian Lonceng Cakra Donya adalah upaya dinamis dan terus menerus sebagai upaya menjaga, merawat, mengawetkan dan melestarikan Lonceng tersebut untuk mempertahankan nilai dan arti penting, dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya.
Lonceng cakra donya, terbuat dari besi berbentuk seperti stupa. Pada sisi luar terdapat inskripsi dalam huruf Arab (tidak terbaca lagi) yang dalam huruf Cina berbunyi "Sing Fat Niat Toeng Juu Kat Yat Tjo" yang artinya, Sultan Ling Tang yang telah dituang dalam bulan 12 dari tahun ke 5. Berdasarkan penelitian lonceng ini berasal dari Cina dibuat pada tahun 1409.
Cakra Donya berada dikompleks Keraton Aceh. Sejak tahun 1524 sebagai rampasan perang dari Samudera Pasai, dibawa oleh Sultan Ali Mughayatsyah. Tahun 1915, lonceng tersebut dipindahkan ke Museum Aceh oleh Gubernur Militer Aceh H.N.A Swart.
Cakra Donya berasal dari dua kata yaitu Cakra dan Donya. Cakra berarti poros kereta yang merupakan lambang dari Dewa Wisnu, mengenai peredaran tahun, garis horizon atau cakrawala, dan matahari, yang keseluruhannya merupakan sebuah lingkaran.
Donya berarti dunia. Dalam Bahasa sansekerta Cakra Watin yaitu penguasa tunggal atau penguasa dunia. Nama Cakra donya itu melingkupi dunia, sesuai pedoman dan tata cara yang telah ditetapkan. Lonceng Cakra Donya merupakan salah satu koleksi tertua di Museum Aceh, memiliki nilai historis.
Kegiatan pelestarian dan perawatan Lonceng Cakra Donya ini dilaksanakan secara rutin dan dilakukan oleh tenaga teknis Museum Aceh yang bertugas di bidang tersebut. (Usman Cut Raja)
No comments:
Tulis comments