-->

Sunday, April 27, 2025

Dr. Iswadi, M.Pd: Pemerintah Prabowo Fokus Kepada Pendidikan Karakter

 

 

Dr.Iswadi,M.Pd

Jakarta I Gebrak24.com - Penurunan Indeks Integritas Pendidikan (IIP) Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menjadi sinyal yang tak bisa diabaikan. IIP adalah indikator penting yang mencerminkan sejauh mana nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan etika diterapkan dalam lingkungan pendidikan, baik oleh peserta didik maupun tenaga pendidik. 


"Sayangnya, berdasarkan laporan terbaru dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, IIP di sejumlah daerah mengalami penurunan signifikan,"kata Iswadi dalam keterangannya, Sabtu (26/04/2025).


Fenomena ini menggambarkan bahwa praktik pendidikan di Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam menanamkan nilai-nilai moral dan integritas di tengah masyarakat yang semakin kompleks.


Melihat kondisi ini, salah satu pakar pendidikan nasional, Dr. Iswadi, M.Pd., angkat bicara. Ia menyampaikan keprihatinannya terhadap arah pendidikan di Indonesia yang, menurutnya, semakin menjauh dari nilai-nilai karakter yang seharusnya menjadi fondasi utama pembentukan generasi bangsa. Dalam wawancara khusus dengan awak media melalui  telepon seluler" 


Dr. Iswadi secara tegas meminta kepada pemerintahan  di bawah kepemimpinan Presiden  Prabowo Subianto agar memberikan perhatian serius terhadap pendidikan karakter.


Menurut Dr. Iswadi, pendidikan karakter bukan sekadar pelengkap, tetapi merupakan inti dari proses pendidikan itu sendiri. “Kita tidak bisa hanya fokus pada capaian kognitif atau akademik semata. Jika kita abaikan pembentukan karakter, maka kita sedang menyiapkan generasi yang cerdas secara intelektual, namun miskin integritas dan empati,” ujar Dr. Iswadi.


Ia menambahkan bahwa gejala-gejala krisis karakter sudah tampak jelas dalam berbagai aspek kehidupan sosial. Mulai dari maraknya kasus perundungan di sekolah, ketidakjujuran dalam ujian, hingga menurunnya rasa hormat terhadap guru dan orang tua. Semua ini, kata Dr. Iswadi, merupakan refleksi dari sistem pendidikan yang terlalu menekankan pada hasil, bukan pada proses pembentukan kepribadian.


Lebih lanjut, Dr. Iswadi juga menyoroti sistem evaluasi dan penilaian yang cenderung menekan peserta didik untuk mengejar nilai tinggi dengan segala cara. “Kita perlu meninjau ulang bagaimana kita mengukur keberhasilan dalam pendidikan. Selama ini, nilai akademik menjadi segalanya. Padahal, nilai kejujuran, kerja sama, dan tanggung jawab tak kalah penting,” tegasnya.


Sebagai solusi, Dr. Iswadi mendorong pemerintahan Prabowo untuk mengintegrasikan pendidikan karakter secara holistik ke dalam kurikulum nasional. Ia juga menyarankan agar program-program ekstrakurikuler, pembinaan mental dan spiritual, serta kegiatan sosial kemasyarakatan lebih diberi ruang dan dukungan di sekolah-sekolah.


“Kita perlu menyentuh hati anak-anak, bukan hanya pikirannya,” katanya.

Selain itu, menurut Dr. Iswadi, peningkatan kapasitas guru dalam mendidik karakter juga sangat krusial. Guru tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga pembimbing moral. Oleh karena itu, pelatihan dan pendampingan terhadap guru harus difokuskan pada pendekatan humanistik, komunikasi empatik, dan keteladanan.


“Guru adalah role model. Jika guru tidak menunjukkan integritas, maka siswa pun tidak akan belajar tentang integritas,” ungkapnya.


Di sisi lain, Dr. Iswadi juga mengapresiasi sejumlah sekolah yang mulai mengembangkan model pendidikan karakter berbasis budaya lokal. Menurutnya, pendekatan yang mengangkat nilai-nilai lokal seperti gotong royong, sopan santun, dan musyawarah dapat menjadi kekuatan tersendiri dalam memperkuat integritas siswa.


Dalam menghadapi era digital, Dr. Iswadi juga mengingatkan pentingnya literasi digital dan etika bermedia sosial sebagai bagian dari pendidikan karakter. Ia menilai, saat ini banyak siswa terpapar konten negatif dan mengalami krisis identitas karena kurangnya pendampingan dalam menggunakan teknologi. Pemerintah, menurutnya, harus berperan aktif dengan membuat kebijakan yang mendukung pendidikan karakter berbasis digital yang positif. (rls/red).

Show comments
Hide comments
No comments:
Tulis comments


 

Latest News

Back to Top