![]() |
Mata uang emas di Aceh |
Masa kerajaan-kerajaan di Aceh yang lazim disebut Derham. Detham Aceh diketahui pernah menghiasi perjalanan sejarah negeri ini. Koleksi mata uang emas tersebut mempunyai nilai historis yang sangat tinggi sebagaimana telah dibuktikan oleh hasil penelitian H.K.J. Cowan, J. Hulshoff Pol dan banyak lagi.
Oleh karena itulah T. Ibrahim AIfian menyusun sebuah karangan mengenai numismatic (Koleksi mata uang) pada tahun 1979 untuk dapat menjadi pelajaran bagi kita dan generasi mendatang.
Kerajaan Samudra Pasai, yang jejak-jejak peninggalannya masih ditemukan sekarang ini di Kecamatan Samudra Kabupaten Aceh Utara, merupakan kerajaan Islam pertama di kawasan ini yang mengeluarkan matauang emas. Dibawah Sultannya Muhammad Malik az-Zahir (1297 -1326) dikeluarkan mata uang emas yang sampai saat ini dianggap derham yang tertua. Kerajaan ini mulai berkembang sebagai pusat perdagangaan dan pusat pengembangan agama Islam di Selat Melaka pada akhir abad XIII M.
Mata Uang Emas Kerajaan Samudera-Pasai Pada zaman Sultan Malik Az Zahir (1297-1326)
Pada 1414 Parameswara, raja pertama Melaka mengadakan aliansi dengan Pasai, memeluk agama Islam dan menikahi puteri Pasai. Banyak pedagang-pedagang dari Pasai pergi ke Melaka dan bersamaan dengan itu memperkenalkan sistim penempaan mata uang emas ke Melaka. Mata uang emas atau derham Pasai, garis tengahnya kurang lebih 10 mm, kecuali kepunyaan Sultan Zain al-Abidin (1383-1405) dan Sultan Abdullah (1500-1513), sedangkan derham kerajaan Aceh yang ditempa lebih dari dua abad sesudah dikeluarkannya mata uang emas Pasai, berkisar sekitar 12 sampai 14 mm.
Ungkapan as-sultân al-Adil seperti yang terdapat pada bahagian belakang derham Pasai dipakai pula oleh sultan-sultan kerajaan Aceh Darussalam dari mulai Sultan Salah ad-Din (1405-1412) sampai dengan Sultan Ri’ayat Syah (1589-1604 M.), sedangkan sejak Sultan 9Iskandar Muda (1607 —1637 M.), kata-kata as-sultan al-Adil tidak lagi dipergunakan pada derham Aceh.
Mata Uang Emas Kerajaan Aceh Darussalam zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636)
Sangat menarik perhatian ungkapan raja yang adil itu terdapat juga pada mata uang di Semenanjung Tanah Melayu. Ungkapan as-sultân al-adil dapat dibaca pada mata uang Sultan Ahmad yang bertahta di Melaka pada 1510 dan baginda pulalah yang mempertahankan Melaka dari serangan Portugis. Pada bahagian belakang mata uang emas Kelantan-Patani, jenis-jenis kijang dan dinar matahari, terlukis kata-kata malik al-Adil yang juga bermakna raja yang adil.
Demikian pula tulisan malik al-Adil ini dapat dilihat pada mata uang mas kerajaan Trengganu yang disebut pitis yang diketahui beredar pada 1838 di pesisir timur Semenanjung Tanah Melayu. Di Negeri Kedah pun pada mata uang Sultan Muhammad Jiwa Zainal Syah II (1710—1760) yang dinamakan kupang terdapat juga tulisan Adil Syah 1147, maksudnya raja yang adil, tahun 1734/5 M.
Raja-raja di Pidie dan di Daya kemungkinan ada juga mengeluarkan mata uang emas. Apa lagi wilayah Pidie pernah menjadi tempat perdagangan yang ramai. Sayang bukti-bukti peninggalan berupa mata uang emas kerajaan Pidie belum lagi diperoleh. Namun hingga tahun 1960 an banyak warga yang tinggal di tepi pantai Aceh Utara dan Lhokseumawe mengorek pasir mencari uang emas
Penulis: Usman Cut Raja
No comments:
Tulis comments